Mancing Bersama Sensei

Situbondo 14 Maret 2010

Hari yang cerah, menegangkan, dan tentunya menyenangkan. Hari ini aku di ajak sensei mincing di pantai utara situbondo. Tepatnya di sebelah barat Pantai Pasir Putih Situbondo yang terkenal sebagai tempat wisata dengan pasirnya yang  putih.

Hari Sabtu siang, persiapan kami lakukan berdua, ambil cool box, pergi ke took alat pancing, dan Binggo headlamp yang selama ini aku inginkan ternyata di jual disitu dengan harga 65.000 rupiah jauh lebih murah dibandingkan dengan harga di Carrefour yang 86.000! koq bisa ya? Mungkin bisa karena terpotong biaya distribusinya. Merek headlamp itu Energizer dengan sorot lampu ada dua macam, dua LED putih terang dan satu LED merah untuk menjaga penglihatan malam kita (terjemahan dari preserve night vision) [sebuah pengetahuan yang baru aku dapat setelah browsing].


Janji bertemu di lab jam 3 sore, dan jam 4 kami berangkat. Masih di sekitar kampus tiba – tiba spion kanan mobil sensei “ditabrak” helm yang dipegang oleh pengendara motor [sepertinya mahasiswa] dan Bruak!!! Spion itu hancur berantakan menyisakan serbuk-serbuk kaca dan serpihan di tempatnya. Setelah sejenak berfikir daripada ke luar kota tanpa spion kanan kami putuskan untuk mencari onderdilnya di toko yang masih buka. Tueng… dapatlah spion lengkap sebelah kana seharga 400 ribu! Busyet dah… gitu ya kalo mobil bagus sekali ada kerusakan langsung “berbunyi” yang harus dikeluarkan biayanya. Setelah pergi ke bengkel [yang hamper tutup] akhirnya kami berangkat dari Jember jam 17:00. Perjalanan cukup lancar dan ditempuh dalam waktu satu setengah jam sampai di kota situbondo. Makan malam di restoran padang dank e masjd jami’ adalah pemberhentian kami.

Mas agung menunggu kami di masjid, setelah sholat isya’ kami pun menuji rumah mas agung. Melihat peralatan mancingnya, kami jadi minder.. busyet dah… lengkap banget, ternyata memang hobi satu saodara adalah mancing dan sudah banyak tempat yang mereka kunjungi untuk mincing, misalkan di lamongan, Madura, Ende, dll.  Berhenti sejenak, minum kopi [yang nantinya membuatku tidak bisa tidur, suatu pelajaran buatku supaya tidak memaksakan diri minum kopi asli] kami pun berangkat. Pemberhentian pertama tempat umpan pancing berupa udang hidup. Satu kilo 60 rb, mas-mas beli 1,5 kg jadi 90 rb. Ternyata cara menyimpan supaya udangnya tetap hidup dan segar ketika dibuat umpan adalah dengan meletakkan es batu di atas semacam bambu yang kemudian dilapisi kain basah [air laut] dan perlakuan ini akan membuat udang itu tahan hingga 24 jam selama esnya masih ada dan tidak mencair semuanya.

Perjalanan pun berlanjut, dengan kecepatan sekitar 60 kpj (kilometer per jam), 20 menit kemudian kami sampai di pasir putih dan lokasi kami sekitar 10 menit sebelah barat pasir putih, parkir di dalam polsek dan menurunkan barang-barang. Kapalnya tidak terlalu besar, berupa kapal yang biasa digunakan nelayan-nelayan untuk menangkap ikan dengan memancing atau menebar jala.
Malam sudah cukup gelap, dan kami pun berlayar [uhm.. tepatnya bermesin, karena gak pake layar.. ]. Diperjalanan, mas-mas dan memasang pancing dan perlegkapannya.

dan kamipun memancing semalaman hingga keesokan hari jam 11 siang.. :)

Hasil memancing? I'll tell you other times.. :)

Comments

Popular posts from this blog

Panduan Ukuran Baju di Korea dan Konversi ke Ukuran Internasional (Baju, Sepatu dan Bra)

Mengenal Sosok dalam Uang Kertas Korea Selatan

Cara menggunakan loker penyimpanan barang di stasiun subway Korea Selatan