Patbingsu enak! ada di Cafe Ti-Amo Jinju (Edisi malam Takbir di rantau)


Bingsu Yoghurt yang kami pesan
Di akhir Ramadhan lalu, ketika umat muslim di Indonesia sibuk mempersiapkan pernak-pernik hari raya di tempat masing-masing atau sedang sibuk bertakbiran di masjid dan keliling kota malah ada yang masih sibuk belanja di mall,  kami berlima Mahasiswa Indonesia di GNU sibuk menghabiskan waktu berbuka puasa di hari terahir ramadhan dengan makan bersama. Kami janjian untuk menikmati malam hari raya yang jauh dari keluarga dengan makan diluar dan takbiran bersama (meskipun pelan seperti bisik-bisik). Menu makannya bukan menu khas lebaran tentunya dan bukan juga hasil masak bersama.
Salah satu menu di Shanghai Resto yang kami pesan
Masing-masing malam itu meninggalkan Laboratoriumnya selepas sholat magrib, makan malam kami habiskan di rumah makan cina bernama Shanghai. Lokasinya di depan kampus GNU. Namun, kali ini saya tidak mau cerita tentang Rumah Makan Shanghai. Saya mau cerita tentang cafe di depan kampus bernama Ti-Amo yang ternyata menyediakan salah satu Patbingsu yang sementara ini paling enak yang pernah saya makan. Jadi topiknya sangat spesifik Patbingsu di cafe Ti-Amo ya.. bukan yang lain. Sebenarnya lokasinya bukan pas di depan GNU, agak sedikit di sebelah kanan dari gerbang depan GNU, masuk dari dekat Mr. Pizza/Moms Touch Burger. 
Caffe Ti-Amo dari depan
(Gambar dari maps.naver.com)
Kami kesana di traktir Bernet, karena hari itu pas dia ulang tahun ke-26. Ternyata, di dalam cafe cukup ramai pengunjung meskipun pada awal masuk terasa seperti bau rokok. Ada beberapa orang dewasa, pasangan yang berkencan satu grup pemuda dan beberapa anak-anak yang sibuk membaca buku yang disediakan di sana. Dari segi tempat, saya rasa tempat yang cukup nyaman untuk menghabiskan waktu bersama, atau sekedar menikmati kopi sambil membaca dan mengerjakan sesuatu.

Suasana di dalam
(Foto dari http://blog.naver.com/assarose)
Tersedia satu unit komputer dengan akses Internet
(Foto dari http://blog.naver.com/assarose)
Setelah cukup kenyang dengan makan malam kami, kami melangkah ke arah selatan langsung menuju lokasi. Sebenarnya Bernet yang punya inisiatif untuk ke cafe ini dan ternyata sebuah pilihan yang sangat bagus, karena bisa menikmati patbingsu yang berbeda dari yang pernah saya rasakan. Sebelum masuk cafe, kami sempat bingung dengan ketersediaan jenis bingsu yang ada di kafe ini, ternyata setelah di lihat-lihat dengan teliti ada beberapa macam bingsu yang mereka sediakan (sayangnya saya lupa motret). Selain itu, cafe ini juga memiliki menu andalan berupa es krim gelatio (entah eskrim dari mana ini, sepertinya dari Italia) yang dipadu dengan beberapa menu, seperti wafel, eskrim dengan toping, dll. 

Akhirnya pesanan malam itu kami memilih memesan 3 bingsu untuk 5 Orang. Kami pikir, satu porsi bingsu cukup untuk ngobrol romantis dua orang karena biasanya memang demikian, dan belakangan kami ketahui bahwa kadang satu bingsu dimakan ramai-ramai bertiga atau berempat atau lebih.. hehe. Pilihan kami malam itu jatuh kepada seporsi Nokcha Bingsu (Es serut Teh Hijau), Yoghurt Bingsu dan Patbingsu Original. Terus terang saya lupa nama detail yoghurt bingsunya, karena kalo tidak salah ada kata fresh yoghurt bingsu.

Ternyata, kami harus menunggu sangat lama.. kami sempat bertanya-tanya apakah pelayannya ketiduran, sedang sibuk menunggu es membeku kemudian harus diserut, ataukah memang benar-benar butuh waktu untuk menyiapkan pesanan kami. Sekitar setengah jam lebih kami menunggu, akhirnya benda bulat bertuliskan caffe Ti-Amo urutan pesanan nomor 8 akhirnya bergetar juga - tandanya pesanan kami sudah siap.

Dan... tara... inilah Bingsu yang kami pesan..
(Tidak mengherankan jika penyiapan menu ini cukup memakan waktu, masing-masing bingsu memiliki minimal 4 macam toping berbeda)
Parbingsu versi Cafe Ti-Amo
Nokcha Bingsu
Kami semua sempat terkesima dengan ukuran bingsu yang akhirnya tersaji di depan kami. Cukup besar ternyata. Kami sempat berpikir tampaknya pesanan kami terlalu banyak deh untuk berlima, apalagi kami baru selesai makan ditempat lain. Namun... nantinya kekhawatiran kami tidak terbukti, karena kami berhasil menaklukkan bingsu yang ada dengan sangat bersih. Salah satu alasan kenapa kami bisa menyelesaikan misi dengan baik, karena setiap sendokan demi sendokan kami berharap ada nangka atau durian yang bersembunyi dibalik es. Terutama bingsu yoghurt dengan banyak buah, mungkin ada nangka yang nyasar kedalam mangkok tersebut.. uhm... yummy.. Namun ternyata akhirnya hingga sendokan terahir kami pun tersadar bahwa tidak ada satu milimeter buah nangka-pun dalam bingsu kami. hehehe.. 

Yoghurt Bingsu dengan toping eskrim yoghurt dan aneka buah yang sedang saya pegang dan Nokcha Bingsu di sebelah pojok kanan foto. Foto Lebih dekat ada di foto pertama tulisan ini.

Kebetulan saya dan mas Rikno tadi memilih Bingsu Nokcha, atau bingsu teh hijau. Sedangkan Mas Fafan, Bernet dan Fudhaili memilih Patbingsu Original dan bingsu yoghurt. Namun kami makan bersama dan berbagi untuk merasakan mana yang paling oke. 
Saya pribadi memilih Bingsu Nokcha kemudian Bingsu Yoghurt baru Patbingsu original bila diurutkan dari yang paling saya sukai. Pilihan rasa ini utamanya berpengaruh dengan eskrim di atasnya dan toping-toping yang mengelilingi eksrim tersebut.

Berikut gambaran rasanya.
  • Rasa Bingsu Nokcha menurut saya: Rasa pahit dan campuran berbagai macam sereal ketika dicampur jadi satu membuat rasa yang khas, pahit manis, gurih dingin yang khas. Pahitnya bikin ketagihan. 
  • Rasa Bingsu Yoghurt menurut saya: Rasa yoghurt yang khas asam dan manis dan campuran berbagai macam buah membuat perasaan lebih segar, lebih fresh karena asamnya memicu kita untuk merasa segar. Selain itu berbagai macam toping buah menambah rasa yang ada. Sangat saya rekomendasikan untuk yang suka buah.
  • Rasa Bingsu Original (Patbingsu) menurut saya rasa manis yang dominan, khas manis olahan kacang meran dipadu dengan eskrim vanila (sepertinya) dan beberapa toping melengkapi rasanya yang manis. Buat yang suka manis saya rekomendasikan memilih yang oiginal.
Harga?
Saya lupa dengan detail harga masing-masing bingsu yang kami pesan, yang jelas total pesanan kami untuk tiga bingsu tadi sekitar 26,000 won atau setara dengan 240.000 rupiah. Sangat mahal untuk standar Indonesia, tapi disini harga segitu cukup wajar! you get what you paid.


Akhirnya misi kami untuk mengabiskan bingsu malam itu berlangsung dengan sangat sukses. Waktu menunjukkan hampir pukul 10 malam, saya harus segera ke global cafe untuk mengambil tikar dan beberapa perlengkapan lain untuk sholat Ied keesokan harinya. 
Misi malam ini sukses!
Jinju, bermalam minggu di lab dengan AC mati dan suhu ruangan 29 derajat celcius. Membayangkan Bingsu yang dingin dan segar.. 


Comments

Popular posts from this blog

Panduan Ukuran Baju di Korea dan Konversi ke Ukuran Internasional (Baju, Sepatu dan Bra)

Mengenal Sosok dalam Uang Kertas Korea Selatan

Cara menggunakan loker penyimpanan barang di stasiun subway Korea Selatan