Zat Aditif Makanan

Jakarta, Hampir semua produk industri masa kini tidak ada yang bebas dari zat aditif (tambahan) dan zat pengawet. Keduanya telah digunakan dalam industri makanan, obat dan kosmetik selama ratusan tahun. Kenapa zat-zat ini harus dipakai?

Badan Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Badan Pengawas Makanan dan Obat AS atau Food and Drug Administration (FDA) dan Komisi Pangan Eropa atau European Commission's Scientific Committee on Food telah menjadi rujukan dunia bagaimana menggunakan zat aditif dan pengawet dalam industri.

Seperti dilansir dari FDA, Selasa (12/10/2010) zat aditif didefinisikan sebagai zat yang digunakan secara wajar untuk mempengaruhi karakteristik setiap makanan yang dilakukan baik langsung maupun tak langsung. Tujuannya kebanyakan untuk menambah rasa.

Zat aditif biasanya ditambahkan pada makanan. Bisa secara langsung pada makanannya atau tidak langsung seperti dalam proses pengolahan, pengemasan atau penyimpanan.

Sedangkan zat pengawet adalah salah satu zat aditif yang tentu saja dipakai untuk membuat suatu produk tidak cepat rusak karena gangguan jamur, bakteri atau mikroba lainnya.


Zat aditif dan pengawet saat ini awalnya bersumber dari alam. Garam misalnya telah digunakan sebagai pengawet selama berabad-abad. Garam menurunkan aktivitas air dalam daging dan makanan lain serta menghambat pertumbuhan bakteri.

Yang menjadi fokus dalam pengawetan adalah produk tetap kering dan tidak lembab karena kelebihan air dalam produk dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri, dan jamur.

Selain garam yang sering digunakan sebagai pengawet adalah asam seperti cuka yang bisa menurunkan pH makanan ke tingkat yang menghambat pertumbuhan bakteri. Beberapa tumbuhan dan rempah-rempah seperti kari, kayu manis dan cabai juga mengandung antioksidan dan dapat memberikan efek bakterisida.

Tapi karena kebutuhannya yang semakin massal zat-zat dari alam itu akhirnya disentesis melalui proses kimiawi.

Alasan kenapa zat aditif dan pengawet selalu digunakan dalam banyak produk adalah karena untuk menjaga konsistensi dan kualitas produk, meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi, mempertahankan kegunaan, mengontrol pH, meningkatkan rasa atau memberikan warna.

Zat aditif dan pengawet yang digunakan industri saat ini dikelompokkan ke dalam:

1. Kelompok Antimikroba (Antimicrobial agents)

Tujuannya mencegah pembusukan makanan oleh jamur atau mikroorganisme. Jangkauannya tidak hanya cuka dan garam, tetapi juga senyawa seperti asam kalsium propionat dan sorbat. Produk ini digunakan untuk makanan yang dipanggang, salad, keju, margarin, dan makanan acar.

2. Antioksidan (Antioxidants)
Tujuannya mencegah tengik pada makanan yang mengandung lemak dan mencegah kerusakan makanan yang disebabkan oleh oksigen. Contoh antioksidan adalah vitamin C, vitamin E, BHA, BHT (butil hydroxytolene) dan gallate propil.

3. Warna tiruan, yang dimaksudkan untuk membuat makanan lebih menarik dan menyediakan makanan tertentu dengan warna untuk rasa tertentu misalnya, merah untuk buah ceri, hijau untuk zat kapur.

4. Rasa buatan
Paling banyak digunakan untuk zat aditif karena fungsinya untuk membuat rasa makanan lebih baik dan enak serta memberikan rasa tertentu. Contohnya adalah garam, gula dan vanili, yang digunakan untuk melengkapi rasa makanan tertentu.

Sedangkan bahan sintetik untuk rasa seperti benzaldehida digunakan untuk ceri atau rasa almond, monosodium glutamat (MSG) untuk meningkatkan rasa dari senyawa lain dalam makanan.

5. Zat pemutih makanan
Contohnya adalah peroksida yang digunakan untuk memutihkan makanan seperti tepung terigu dan keju.

7. Kelompok Chelating
Digunakan untuk mencegah perubahan warna, perubahan rasa dan rasa tengik yang mungkin terjadi selama pengolahan makanan. Contohnya adalah asam sitrat, asam malat dan asam tartrat.

8. Gizi tambahan
Termasuk vitamin dan mineral yang ditambahkan pada makanan dalam proses fortifikasi. Sebagai contoh, susu diperkaya dengan vitamin D dan beras diperkaya dengan thiamin, riboflavin dan niacin.

9. Kelompok Thickening and stabilizing
Berfungsi untuk mengubah tekstur makanan. Contohnya lesitin emulsifier yang mencampur minyak dan cuka dalam salad, serta carrageen yang digunakan sebagai pengental dalam es krim dan jeli rendah kalori.

Sebaiknya Anda juga mengetahui beberapa bahan pengawet kimia yang sering digunakan untuk makanan adalah:


  1. Sodium benzoat, pengawet ini berfungsi mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri dalam makanan. Biasanya terdapat dalam buah atau bumbu di dalam makanan yang berbentuk bubuk putih seperti garam tapi tidak memiliki bau.
  2. Sodium nitrit, pengawet ini berfungsi mencegah produksi bakteri dalam jenis daging tertentu sehingga daging terlihat lebih merah atau pink dan tidak cepat berubah warna menjadi coklat. Pengawet ini berbentuk serbuk berwarna kekuningan.
  3. Kalium (pottasium) sorbate, pengawet ini berfungsi menahan produksi ragi dan jamur dalam makanan. Biasa digunakan dalam pembuatan roti, kue, pie, keju, mayonnaise atau bisa juga di dalam minuman.
  4. Natrium sorbate, pengawet ini berfungsi menghentikan produksi bakteri, kapang dan jamur serta membantu menghilangkan rasa dan bau tidak enak dalam makanan. Biasa digunakan dalam minuman anggur, keju dan saus.
  5. Sulfur (belerang) dioksida, pengawet ini berbentuk bubuk yang bila dilarutkan dalam air dapat menghentikan proses pemasakan buah, mengubah susunan kimiawi yang dapat mengubah rasa dari buah. Biasanya ditemukan dalam anggur, cuka dan beberapa jenis jus buah seperti jus jeruk atau jus apel.

Beberapa bahan pengawet lainnya juga ada yang ditambahkan di dalam makanan seperti asam benzoat, asam propionat, asam sorbat, etil p-hidroksi benzoat, kalium benzoat, kalium bisulfit, kalsium benzoit, kalsium sorbat, metil p-hidroksi benzoit, natrium bisulfit, natrium meta bisulfit, natrium nitrat, natrium nitrit, natrium propionat, natrium sulfit, propil p-hidroksi benzoit, kalium, nisin, kalium nitrat, kalium nitrit dan kalium propionat.

Bahan pengawet ini umumnya aman selama tidak dikonsumsi melebihi ambang batasnya. Jika penggunaannya melebihi ambang batas, maka bisa menimbulkan efek samping yang dapat merusak makanan tersebut atau berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia.

Batas maksimum yang dapat ditolerir oleh tubuh disebut dengan ADI (Acceptable Daily Intake) yaitu jumlah bahan tambahan makanan yang dapat dikonsumsi setiap hari dan bisa dicerna sehingga tidak menimbulkan risiko kesehatan.

www.detik.com

Comments

Popular posts from this blog

Panduan Ukuran Baju di Korea dan Konversi ke Ukuran Internasional (Baju, Sepatu dan Bra)

Mengenal Sosok dalam Uang Kertas Korea Selatan

Cara menggunakan loker penyimpanan barang di stasiun subway Korea Selatan