Mari bersepeda


--> -->
Mari bersepeda
Salah satu hobi yang kumiliki sejak masih kecil adalah bersepeda. Kemana saja selalu bersepeda (secara, saat itu nggak bisa naik motor :p) berangkat dan pulang sekolah, main bareng temen-temen, jalan jalan dan kegiatan kegiatan yang lain. Berangkat sekolah sambil menjadi “setengah” jadi pembalap bareng temen-temen, pulang sekolah berusaha “kabur” dari sengatan panas matahari dan seringkali mengikur waktu untuk mencatat rekor tercepat yang bisa aku capai. Aku juga masih inget, ketika musim-musimnya modifikasi sepeda waktu itu frame sepeda mini diambil, di cat ulang, dipasang assesoris seperti operan dan sebagainya. Waktu itu, berhubung dana untuk sepeda serba terbatas, jadilah modifikasi-ku “hanya” berupa cat ulang warna merah putih ditambah anten di belakang sebagai tempat naruh bendera kebangsaan :D padahal tiangnya berasal dari pancing fiber yang dilepas alat-alatnya untuk memancing. Setelah siap, sepeda dipake untuk bersepeda bersama… konvoi sepeda ala pesepeda ketjil..

Sepeda kecil itu akhirnya berganti dengan sepeda gunung yang bisa di oper-oper. Sepeda ini merupakan sepeda door prize dari Avon. Sepeda itu dinaikin ayah ku sejauh 30 km dari Jember ke Tanggul. Alasannya bukan karena hobi bersepeda, tapi susah kalo diangkut pake alat transport. Setelah sekian jam, akhirnya nyampe juga di rumah. Dan sepeda kecil itu akhirnya mengganti posisi sepedaku yang biasa ku pake. Akhirnya, catatan waktu alias rekor jarak tempuh dari rumah ke sekolah terpecahkan oleh rekor baru. Dan sayangnya, akhirnya nasib sepeda kecil itu kian tebengkalai.. kasihan.. singka cerita, sepeda kecilku akhirnya dijual.. tahukah kamu, terjual seharga 20 ribu! He..he.. harga yang sangat murah.. kebisaan bersepeda saya terus berlanjut hingga kelas tiga SMP. Dan.. akhirnya setelah kelas tiga di ujung akhir, dan keltika mulai belajar naik motor, sepedaku mulai tidak terlalu terawatt seperti dulu.. kasihan.

Sayangnya kebiasaanku bersepeda terhenti ketika SMA, alasannya karena jarak sekolah ke kost sangat dekat. Sehingga transportasi sehari-hari pake jalan kaki saja. Namun dibalik ke-enjoy-an berjalan kaki, ada keinginan dan dorongan untuk kembali bersepeda, apalagi setelah jalan-jalan dan menonton salah satu showroom sepeda di Jember, wha.. pengen banget.. tapi sayangnya harganya mahal.. (bagiku.. jauh dari jangkauan kantong) ya.. akhirnya impian itu terkubur.. seiring kesibukanku di sekolah.

Saat masuk kuliah, hobi bersepedaku kembali tersalurkan. Dengan sepeda pinjaman dari ibu kost yang merupakan wairsan dan peninggalan terakhir dari Alm. Suaminya, sepeda itu ku genjot setiap hari ke kampus. Karena jarak kost dan kampus cukup jauh, dan ada tantangan berupa tanjakan da turunan di jalan Sumatra, jadilah kegiatan bersepeda tiap hari itu kadang menjadi berat. Dengan sepeda model Jengki, tiap pagi adalah olahraga dan hiburan buatku..

Kebisaan itu berlangsung cukup lama meski ku akui terkadang ada perasaan agak menderita kerena harus menyesuaikan diri dengan aktivitas yang semakin sibuk. Selain itu, aku juga mikir bahwa sepeda ini bukan punyaku, jadi kayak ada beban gitu.. semester berlalu, dan setelah kenal baik dengan teman teman, ada teman yang berbaik hati meminjamkan motornya. Sehingga saat itu lebih sering aku nggak naik sepeda. dan keinginan itu tetepa terpendam...
-contineud.

Comments

Popular posts from this blog

Panduan Ukuran Baju di Korea dan Konversi ke Ukuran Internasional (Baju, Sepatu dan Bra)

Mengenal Sosok dalam Uang Kertas Korea Selatan

Cara menggunakan loker penyimpanan barang di stasiun subway Korea Selatan