Indonesia Negara Pertama di Dunia yang Menghasilkan Tebu Transgenik

Foto: tebu-daengnusantara.blogspot.com

Ditulisan saya sebelumnya saya sempat sedikit bercerita tentang Univ. Jember menjalin kerjasama dengan GNU. Kali ini tentang output yang sudah dihasilkan oleh Salah satu peneliti di UNEJ.

Beberapa waktu yang lalu, saya membaca artikel di National Geographic Indonesia yang menyatakan bahwa Indonesia adalah Negara Pertama di Dunia yang Menghasilkan Tebu Transgenik. Untuk yang sudah sudah lolos hingga tahapan uji keamanan hayati dan saat ini masih proses review keamanan pangan, menurut saya benar adanya bahwa Indonesia lebih maju dalam proses peluncuran Tebu Transgenik ke Publik dibandingkan negara lain.

Untuk tambahan informasi Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetika (KKHPRG) pada bulan Mei 2013 telah menyetujui pelepasan tanaman tebu hasil rekayasa genetik yang membawa gen untuk ketahanan terhadap kekeringan. Persetujuan ini merupakan yang pertama untuk tanaman transgenik yang dikembangkan di Indonesia. Tebu biotek tahan kekeringan ini dikembangkan oleh para peneliti P3GI dari PT Riset Perkebunan Nusantara bekerja sama dengan Universitas Negeri Jember, Jawa Timur.

Produk Rekayasa Genetika (PRG) NXI-4T Toleran Kekeringan merupakan klon tebu baru hasil perakitan melalui proses transformasi genetik gen betA yang menyandi untuk protein CDH (choline dehydrogenase). Gen betA dikloning dari bakteri Rhizobium meliloti dan dikonstruk pada vektor pMLH2113 dibawah kendali DNA promoter CaMV35S. Transformasi genetik dilakukan menggunakan Agrobacterium tumefaciens strain LBA 4404 yang mengandung konstruk pMLH2113. Tebu PRGNXI 4T toleran kekeringan merupakan varietas tebu baru hasil perakitan melalui proses transformasi genetik menggunakan ekplan kalus tebu varietas BL (Bululawang). Tebu PRG (Produk Rekayasa Genetika) ini telah mendapat sertifikasi Keamanan Lingkungan dan Hayati dari Kementerian Lingkungan Hidup dan sertifikasi keamanan pangan oleh EFSA (European Food Safety Authority).

Yang saya tahu, penelitian mengenai Tebu sudah dilakukan di Universitas Jember sejak tahun 1996 oleh Prof. Bambang Sugiharto. Beliau adalah pembimbing saya saat penelitian S1 di Universitas Jember. Kebetulan riset saya tentang Uji Ekspresi gen SUT1 dan SUT2 (Sucrose Transporter) tanaman Tebu, yang hingga saat ini tim riset beliau masih terus berusaha untuk merakit tanaman tebu transgenik rendemen tinggi double-overekspresi SUT dan SPS (Sucrose Phosphat Synthase).


Diskusi bersama Rektor Univ. Jember dan Prof. Bambang Sugiharto saat kunjungannya ke Korea April 2013
(Rektor Univ. Jember Dr. Hasan Berjaket Hitam, Prof. Bambang Sugiharto Berjaket krem)
Sering kami berdiskusi tentang bagaimana perjuangan beliau untuk memperoleh dana riset, mengembangkan penelitian yang saat itu tidak ada yang mendukung. Saat dimana dunia Bioteknologi di Indonesia masih sangat awam beliau berani memulainya. Justru dukungan datang dari luar negeri seperti JAICA (Japan International Cooperation Agency)dan Almamater beliau Nagoya Univ. sementara dukungan dari Pemerintah Indonesia masih sangat minim. Lambat laun, usaha beliau mulai dilirik kemudian akhirnya terjalin kerjasama dengan PTPN XI. Sudah cukup lama beliau menjadi konsultan di PTPN XI berkaitan dengan penelitian tebu.

Karena kemauan kuat beliau terhadap dunia penelitian, seringkali gesekan-gesekan dengan birokrasi Universitas atau birokrasi pemerintahan terjadi dan menghambat. Saya ingat betul di tahun 2010 rektor Universitas kami memutuskan untuk menutup Laboratorium Pusat Penelitian Biologi Molekuler. Karena katanya bertentangan dengan peraturan tertentu yang meregulasi tentang Lembaga Penelitian di Kampus. Kami sebagai mahasiswa tidak bisa memahami keputusan tersebut. Yang kami bisa lakukan adalah memindahkan puluhan alat besar dan ribuan alat-alat kecil yang sudah kami miliki dari gedung lab yang cukup besar ke laboratorium milik Jurusan Biologi yang jauh lebih kecil, tentunya perlu menyesuaikan kondisi penelitian yang sedang belangsung dan menyusun lab. dari awal lagi. Tim peneliti pun terpecah kembali ke Jurusan atau fakultas masing-masing. Namun, penelitian tidak boleh dan tidak akan pernah berhenti. Saya ingat betul beliau berkata, "penelitian bisa dimana aja toh, ya biasa aja.. hari ini di usir, besok di usir juga bisa.. yang penting gak boleh berhenti cari cara untuk dapat tempat ngerjakan penelitian yang baik dan bisa dipertanggungjawabkan. Mbesok-besok kita bisa dapet tempat lebih baik dari sekarang." kami pun meng-amini bareng-bareng.

Suasa Lab. Tahun 2010 setelah selesai menata semua alat dan bahan kimia.
Alhamdulillah, satu minggu lalu, doa tersebut terkabul. Rektor Unej yang baru (Dr. Hasan) adalah sosok yang sangat mendukung dan memiliki kebijakan yang sangat baik seputar pengembangan riset di kampus. Saya kenal dan berinteraksi langsung dengan beliau sebelumnya sebagai Pembantu Dekan MIPA bidang Akademik. Sosok yang santun, sabar dan memiliki visi kedepan. Betul memang, pengambil kebijakan sangat menentukan arah kemana suatu lembaga akan berjalan. Prof. Bambang kini terfasilitasi dengan lebih baik melalui diresmikannya Center for Development of Advanced Science and Technology (CDAST) di Universitas Jember. Fasilitas yang lebih baik, kerjasama yang lebih luas dan jaringan yang lebih banyak diharapkan dapat lebih mempercepat proses perkembangan dunia riset di kampus. #Selamat ya pak boss.. semoga lebih aktif dan makin joss untuk iptek di Indonesia, kalo saya pulang kita makan-makan plus ngopi bareng sugar group lagi ya.. hehe..#

Penelitian panjang beliau kini sudah mulai membuahkan hasil, terutama untuk generasi pertama tentang tebu tahan kekeringan. Jika tidak ada halangan, rencananya PRG (Produk Rekayasa Genetik) Tebu Tahan Kekeringan ini akan dirilis pada tahun 2014. Setelah melalui berbagai macam tahapan panjang penelitian seperti kestabilan ekspresi beberapa generasi, potensi hasil, keamanan hayati, kemanan potensi alergen dan lain sebagainya. Beberapa tahap kedepan semoga bisa dilalui dengan lancar dan tidak ada suatu halangan apapun.

Ada beberapa orang yang mungkin khawatir atau bahkan paranoid mengenai tanaman transgenik. Saran saya, galilah informasi sebanyak-banyaknya dari sumber yang bisa dipertanggungjawabkan data-datanya. Sebagai peneliti yang bertanggungjawab terhadap dunia sains dan memiliki tujuan yang baik, tentunya kami berbicara berasarkan fakta dan data yang dimiliki. Tanpa sertifikasi keamanan yang cukup, tanpa data yang valid mengenai biosafety-nya maka kami sebagai peneliti tidak mungkin menluncurkan atau mempublikasikan ke Publik. Semoga tujuan baik beliau dan kami semua yang berkecimpung di bidang Bioteknologi tanaman dapat bermanfaat bagi dunia sains dan masyarakat.

Berikut tulisan yang saya sadur dari NG-Indonesia.

National Geographic Indonesia: Varietas tebu transgenik telah dihasilkan Indonesia. Untuk introduksi tebu hasil rekayasa genetika pada petani dikeluarkan sertifikat keamanan terhadap lingkungan dan pangan. Ada pun sertifikat untuk keamanan pakan masih dalam proses pengkajian di Kementerian Pertanian.

Hal itu disampaikan Dewi Suryani Oktavia, Program Manager Indonesian Biotechnology Information Center, dalam lokakarya regional untuk praktisi media bertajuk "Biosafety and Biotechnology for Food Security and Sustainable Agriculture" pada Selasa (12/11) di Bogor. Titi Rahayu, Asisten Advokasi Biotechnology Outreach-Departemena Pertanian Amerika Serikat (USDA) menyatakan, saat ini ada 12 produk transgenik yang telah mendapat sertifikat keamanan pangan di Indonesia. Antara lain jagung, kedelai, dan tebu.

Dalam pengembangan teknologi transgenik, pihaknya mempromosikan teknologi yang aman dan berdaya saing tinggi, hasil pengembangan di AS. Di negara itu, teknologi transgenik mulai dikembangkan tahun 1996 untuk mendapatkan varietas tahan kekeringan. Tebu transgenik dihasilkan oleh tim peneliti Universitas Jember, yang dipimpin Prof Bambang Sugiharto.

Penelitian yang bekerja sama dengan dengan PTPN XI di Jawa Timur itu menghasilkan tebu yang tahan kekeringan. Selain tebu, riset transgenik pun dilakukan pada padi. Produk hasil rekayasa dihasilkan oleh peneliti pada Puslit Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Sementara itu, ada padi emas, yaitu padi transgenik yang disisipi vitamin A, hasil penelitian dari IRRI Filipina. Padi tersebut disilangkan dengan padi lokal oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, dan penanaman padi hasil persilangan kini diujicobakan di Desa Muara, Kabupaten Bogor.
          Sumber: National Geographic Indonesia


Jinju, awal musim dingin 2013.

Comments

  1. Indonesia sudah terbukti menghasilkan banyak penemuan unggul dari para ilmuwan asli Indonesia, salah satunya adalah Prof. Bambang Sugiharto - ilmuwan dari Universitas Jember, berhasil menemukan Tebu Transgenik Toleran Kekeringan.

    kunjungi lebih lanjut : http://alvindn.student.unej.ac.id

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Panduan Ukuran Baju di Korea dan Konversi ke Ukuran Internasional (Baju, Sepatu dan Bra)

Mengenal Sosok dalam Uang Kertas Korea Selatan

Cara menggunakan loker penyimpanan barang di stasiun subway Korea Selatan