Tidak semua orang bisa mudik

http://blog.tuneeca.com/wp-content/uploads/2013/07/mudik3.jpg

Judul aternatif: "tiga hari menjelang idul fitri ketiga di negeri gingseng"

Insya Alloh, lebaran kali ini akan menjadi lebaran ketigaku di negeri gingseng ini. Lebaran pertama tahun 2011 lalu saat ini masih beberapa bulan di Korea Selatan. Menjejakkan kaki pertama di bulan Februari dan ramadhan di bulan Agustus-september.

Lebaran tahun 2011 yang dirasakan saat itu adalah, Sepi!. Jauh lebih sepi daripada ketika berlebaran di Athens, Ohio di musim gugur 2008. Disana lebih terasa ramai karena cukup banyak warga muslim yang tinggal di kota kecil tersebut, bahkan Islamic center yang dikelola oleh Muslim Student Association Ohio University itu selalu ramai dikunjungi setiap hari, minimal pada saat jam sholat maupun saat berbuka puasa.

Setelah dua tahun lebih berlalu, suasana lebaran tahun 2012 rasanya lebih ramai dibandingkan sebelumnya, karena selain mahasiswa, kami sukses mengundang rekan-rekan pekerja Indonesia yang ada di Jinju dan sekitarnya untuk sholat Ied bersama-sama. Selain itu, karena Idul Fitri jatuh pada hari Minggu, membuat banyak orang yang bisa menyempatkan hadir untuk sholat ied dan menjalin silaturrahmi antar muslim. Benar-benar ramai sekali.

Tahun ini, kemungkinan besar Idul Fitri akan jatuh pada tanggal 8 atau 9 Agustus 2013. Hari kamis atau hari Jumat. Tentunya bukan hari libur bekerja seperti tahun lalu. Jadi saya tidak terlalu yakin bahwa jumlah yang akan hadir untuk sholat ied akan lebih banyak dibandingkan tahun lalu. Meskipun kami sudah memiliki komunikasi dan jaringan yang lebih kuat dibandingkan dengan sebelumnya.

Seperti biasanya, sebuah tradisi akan tetap menjadi tradisi selama banyak orang terus menjaganya. Mudik adalah salah satunya. Mudik bisa diartikan dimana kita kembali ke rumah orang tua kita, rumah keluarga kita atau biasanya di tempat dimana kita dilahirkan atau dibesarkan.

Bagi beberapa orang, mudik adalah suatu keharusan, karena merupakan kesempatan yang baik untuk melepas rindu akan rumah yang sebenarnya, atau bercengkrama dengan saudara, atau berjalan-jalan di sekitar untuk mengenang masa-masa yang telah lalu. Bagi beberapa orang mungkin mudik adalah sesuatu yang sangat biasa, karena mereka masih tinggal di dekat rumah. masih tinggal di kampung halaman, jadi kembali ke rumah sih tiap hari bisa dilakukan.

Namun...

Tidak semua bisa merasakan mudik dengan mudah, ada yang sudah beberapa tahun tidak pulang, ada yang belasan tahun tidak pulang dan bahkan ada yang sudah puluhan tahun tidak pulang. Saya pernah punya beberapa kenalan yang demikian, yang puluhan tidak bisa berkunjung ke kampung halaman, beliau adalah seorang warga negara Indonesia di Amerika yang sudah tinggal lebih dari 20 tahun. Tidak memungkinkan pulang karena status kewarganegaraan dan visanya. Jika ditanya, beliau menjawab:"kangen sebenarnya pengen pulang melihat kampung halaman, mengunjungi makam orang tua dan berjumpa dengan saudara, namun apa daya mas. Alhamdulillah disyukuri saja anak-anak juga sudah besar, meskipun mereka belum pernah pulang saya tanamkan bahwa di darah 100 persen darah orang Indonesia." Mengharukan.

Ada lagi kenalan yang sudah belasan tahun tidak pulang, mirip dengan bapak yang saya ceritakan di atas, karena statusnya yang ilegal di negeri ini, membuat dia harus tetap berada di negeri gingseng ini untuk tetap bekerja dan mengirimkan uang untuk keluarganya. Mungkin karena merasa tidak ada pilihan lain sehingga itulah yang dilakukannya. Jikalau ditanya, maka hal tersedih yang dirasakannya adalah ketika karena hilang komunikasi dengan keluarga sehingga tidak tahu orang tuanya telah pergi untuk selama-lamanya. Hal tersebut menjadikan penyesalan terbesar dalam hidupnya.
*saya tidak bisa membayangkan, makanya kawan mari jaga komunikasi dengan baik*

Sementara itu, tentang yang beberapa tahun tidak mudik, bisa dialami oleh siapapun yang bekerja, belajar atau bertempat tinggal jauh dari kampung halaman. Contoh nyata yang bisa saya bagi adalah saya sendiri dan banyak teman-teman mahasiwa yang merantau demi memperoleh ilmu yang bermanfaat, memperoleh rejeki yang lebih baik lagi dan masa depan yang lebih baik. Atau mereka-mereka yang bekerja mencari nafkah untuk keluarganya yang nun jauh disana, kadang kondisi pekerjaan tidak sebaik yang diharapkan sehingga jangankan untuk pulang, untuk bertahan dan mengirimkan cukup uang saja sudah harus berjuang keras.

Intinya, kita tidak pernah sendirian. Banyak orang-orang yang jauh lebih tidak beruntung dari kita, banyak orang-orang yang lebih sedih dari kita, banyak orang-orang yang memiliki keinginan yang jauuhh merindukan kampung halaman dibandingkan kita. Jangan telalu bersedih ya.. :)

Saya hanya berpesan untuk diri saya sendiri dan mungkin bagi Anda yang sempat membaca tulisan ini. Mari kita syukuri apa yang saat ini kita miliki dimanapun kita. Mungkin fisik kita tidak bisa untuk berkunjung berjumpa bersama keluarga karena kondisi yang tidak memungkinkan. Anugrah kesehatan dan kesempatan kita untuk senantiasa berdoa terutama untuk kedua orang tua yang membesarkan kita adalah esensi mudik yang sebenarnya. Komunikasi yang terjalin dengan baik juga merupakan salah satu mudik dalam skala yang lebih kecil.

Bagi yang nggak bisa mudik lebaran ini, mari kita kembali kampung halaman dalam bentuk doa untuk orang yang kita sayang. Syukur-syukur, kalo malam ini kita bisa menikmati opor ayam, ketupat, sate, rendang, bakso dan makanan lain dalam mimpi kita.

Jinju, tiga hari menjelang hari raya idul fitri yang ketiga di negeri gingseng.

Comments

Popular posts from this blog

Panduan Ukuran Baju di Korea dan Konversi ke Ukuran Internasional (Baju, Sepatu dan Bra)

Mengenal Sosok dalam Uang Kertas Korea Selatan

Cara menggunakan loker penyimpanan barang di stasiun subway Korea Selatan